Saturday, October 26, 2013

Facing Failure

I thought I'm good at handling failure, but it turned out that I'm not. Not really. I can't even decide whether it's a "no" sign from Allah, or a sign for me to get up and try harder. I'm not even sure whether to exert myself or to choose the easier path instead. I know that every single thing that I have failed is a lesson for me not to be arrogant, though.

I don't know if I'm determined enough to keep going.

Dear Allah, I need guidance and more signs, whether to stop trying or to try even harder. Please?


Tuesday, October 1, 2013

Jangan Jadi Guru

Jangan jadi guru kalau kamu bermimpi punya tabungan banyak, hidup mewah, dan bisa memenuhi segala kebutuhan tersier. Nyatanya, guru adalah salah satu profesi yang menurut saya underpaid - dibayar di bawah standar. Tapi, soal cukup-nggak-cukup sebenarnya adalah urusan subyektif. It's more about how you spend your money. Meskipun gajinya nggak besar, guru punya banyak waktu luang untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan sambilan, yang tentu bisa memberikan penghasilan lebih. Selain itu, biaya gaya hidup guru tentu tidak sebesar biaya gaya hidup mereka yang bekerja di kantor-kantor. Biaya makan siang, biaya gaul, biaya outfit dan perhiasan, dan biaya-biaya lain yang menurut saya sebenarnya tidak esensial, tapi diperlukan untuk bisa 'bertahan hidup' di kantor.

Jangan jadi guru kalau terlalu memikirkan pendapat orang. Nyatanya, meskipun banyak orang yang berpikir kalau mengajar dan mendidik adalah pekerjaan mulia, banyak juga yang menganggap guru sebagai pekerjaan yang sepele. Perkataan macam "Ah, kalau mau jadi guru mah nggak usah kuliah di UI," "Ngapain cum laude kalo ujung-ujungnya cuma jadi guru," serta beberapa perkataan lain, ditambah dengan tatapan mata yang tidak mendukung sudah pernah saya terima dan rasakan. Percaya lah, ilmu kita pasti terpakai seutuhnya ketika mendidik murid. Memang benar, banyak guru yang pendidikannya tidak tinggi. Tapi, guru yang berkualitas tentu memerlukan ilmu pengetahuan dalam mendidik peserta didiknya. Untuk meredam hati, saya punya solusi: cari lah sekolah yang terdapat banyak guru dari almamater yang sama denganmu. Kalau begitu, kamu akan jadi lebih yakin kalau memilih profesi ini adalah sebuah pilihan yang membanggakan, sekaligus merasa bahwa kamu bahkan masih perlu banyak belajar untuk "hanya" menjadi guru. 

Jangan jadi guru kalau mau kerja santai. Nyatanya, kerja jadi guru itu nggak ada istirahatnya. Ketika waktu istirahat saja, saya dan rekan-rekan kerja masih harus mengontrol anak saat makan dan bermain, sambil mencuri-curi waktu untuk menyiapkan bahan ajar. Jangan harap bisa lunch di luar sambil lirik-lirik diskon - jangan harap.

Jangan jadi guru kalau hanya mau kerja sesuai jobdesc. Nyatanya, jadi guru itu butuh keikhlasan, karena banyak hal lain yang harus dikerjakan selain mengajar dan menyiapkan materi. Ada orang tua yang telfonnya harus selalu di angkat dengan antusiasme, yang kedatangannya harus selalu disambut dengan keramahan, dan kekhawatirannya yang meski terkadang berlebihan, harus tetap didengarkan. Ada anak yang juga harus terus diperhatikan bukan hanya dari segi akademisnya saja, tapi juga dari sisi sosial-emosionalnya.

Jangan jadi guru kalau tidak mau terus belajar dan tidak suka tantangan. Nyatanya, ada saja kasus yang harus dihadapi setiap hari, yang bisa saja tidak pernah diajarkan ketika kuliah dulu. Ada saja anak-anak yang menyimpang dari teori. Ada buku-buku yang harus kembali dibaca, strategi-strategi yang harus dipelajari, dan orang-orang yang harus ditanyai.

Jangan jadi guru kalau benci pekerjaan administratif. Nyatanya, menulis rancangan program ajaran dan rapor adalah pekerjaan administratif yang butuh ketelitian dan ketekunan - apalagi kalau keduanya harus ditulis dengan detil dan berbeda untuk setiap anak.

Jadilah guru kalau kamu tekagum-kagum dengan perilaku anak-anak, karena menjadi guru memungkinkanmu untuk melihat ragamnya perkembangan mereka. Menjadi guru bagi anak berkebutuhan khusus bahkan juga membuatmu menyadari hebatnya Tuhan yang menciptakan manusia dengan segala perbedaan dan keunikannya.

Jadilah guru kalau kamu ingin mendapatkan banyak hal untuk memperkaya diri. Belajar mendidik anak, belajar berhadapan dengan orang tua yang tidak terlalu kita sukai, dan lainnya. Mengobservasi keputusan-keputusan yang diambil orang tua terhadap anak, dan mempelajari akibatnya. Belajar sabar, belajar menerima orang lain apa adanya meskipun tetap mendorongnya agar bisa melampaui potensinya, dan belajar konsisten. 

To be frank, menjadi guru memang bukan cita-cita utama saya.  Saya masih tetap ingin menjadi psikolog, dan masih mantap untuk melanjutkan studi tahun depan. Tapi, guru adalah profesi yang saya pilih tahun ini, karena sesuai dengan minat dan kebutuhan saya untuk menggali ilmu dan pengalaman.

If being a teacher ever crossed your mind, go for it. Don't be afraid of all the apprehensions you have, because when you want to do something wholeheartedly and with compassion, God will help you find a way.






LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...