Wednesday, August 27, 2014

A Reminder

Dear Ayas, or the future version of Ayas, 
There are times when you hate your life. When you perpetually compare your worst day to other people's best, or at least what appeared to be their best day based on what they post on the internet. There are moments when you abruptly forget all of the blessings that Allah has showered you with abundantly. Times when you sobbed without any obvious reason. Times when you feel like things are not going as you planned, and that you have chosen the wrong path, even though that path sure looks appealing. There are also times when you feel profoundly lost and suddenly don't know what to do. When you covet what your friends have that you don't, and feel that somehow it is unfair. 

When those days come again, please, please remind yourself to be thankful for everything that's going on in your life. There is a reason behind everything, and there are good things waiting for you ahead - things that are already planned by Allah. And remember that you'll be just fine, no matter what. 

And please remember that about two years ago, Aa Gym, a prominent Islamic preacher, told you this in one of his speeches: 

"If you want to be truly happy, you have to learn to feel happy for other people's blessings."

And lastly, please do remember that some of your friends also covet what you have. That it's actually humane to want things that we can't have at the moment, or to long for things that other people  have achieved. The neighbor's grass will always look greener, dear, but that shouldn't stop you from watering your lawn. 

Keep doing what you do, and make yourself and other people proud of you. No matter what the evil part of your brain think, you're doing great. And I'm proud of you. 

Monday, August 18, 2014

Melanjutkan Studi di Luar Negeri

Karena beberapa teman saya banyak bertanya tentang cara mendapatkan beasiswa untuk kuliah di luar negeri (khususnya di Inggris), saya akan mencoba menuliskannya dengan detil. Hence, it's going to be a long post. Selamat membaca dan semoga membantu!


Berikut ini adalah hal-hal yang saya lakukan dalam satu tahun terakhir: 

Memilih Program Studi

Sebelum memutuskan untuk melanjutkan studi di program magister, langkah pertama yang wajib dilakukan adalah mengetahui bidang apa yang akan dipelajari. Sesuaikan dengan minat dan passion, pengalaman belajar saat S1, dan pengalaman kerja. Pikirkan dengan matang, apakah jurusan tersebut dapat menunjang cita-cita kita. Selain untuk memantapkan hati, perencanaan studi ini juga akan sangat membantu untuk mendaftarkan diri ke universitas tujuan dan program beasiswa yang diincar. Jurusan yang dipilih tidak usah terlalu spesifik dulu, agar ada beberapa alternatif universitas yang bisa dipilih.

Oh iya, di beberapa negara, program magister terbagi dalam dua program: taught / lecture dan research. Sejak awal saya memilih taught programme karena lebih sesuai dengan tujuan belajar saya.


Memilih Universitas dan Negara Tujuan

Untuk mempersempit lingkup, setelah memutuskan bidang yang dipilih (waktu itu saya memilih psikopatologi anak), saya memutuskan untuk memilih Inggris sebagai tempat melanjutkan studi karena program magister di Inggris kebanyakan hanya satu tahun. Inggris juga merupakan salah satu tujuan studi terbesar, sehingga banyak alternatif universitas yang bisa dipilih dan akan ada banyak mahasiswa internasional di sana. Selain itu, saya memilih Inggris karena tidak mau repot-repot belajar bahasa lain. Sebagai alternatif, beberapa negara yang banyak dipilih oleh mahasiswa Indonesia di antaranya: Amerika, Australia, dan Belanda. 

Setelah menentukan negara, saya lalu membuka tiga situs ranking universitas, yaitu Times Higher Education, QS World University Ranking, dan The Complete University Guide. Untuk mempermudah pencarian, saya memfokuskan diri pada peringkat universitas berdasarkan peringkat program psikologi di Inggris. Saya kemudian membuka website universitas-universitas tersebut (dari peringkat pertama sampai berikutnya), dan mencari tahu program studi yang ditawarkan, dan mempelajari modulnya untuk mengetahui relevansi dari program tersebut dengan minat saya. Akhirnya, saya menemukan program studi yang paling sesuai di University of York.

Meskipun namanya jarang sekali terdengar di Indonesia, saya memutukan untuk memilih University of York karena pernah menjadi universitas terbaik di Inggris yang berusia di bawah 50 tahun (Top 100 Under 50), masih berada di peringkat 100 besar dunia, dan karena kota York sepertinya cukup cantik dan nyaman untuk menjadi tempat tinggal dan belajar.

Setelah tertarik dengan modul yang ditawarkan, langkah berikutnya adalah melihat cara pendaftaran dan requirements-nya. Berikut di bawah ini adalah dokumen yang diperlukan untuk mendaftar di University Of York:
  • Bukti skor IELTS (nilai IELTS minimal 7, dengan nilai setiap subtes minimal 6.5)
  • Transkrip dan ijazah berbahasa Inggris (dengan minimum degree 2:1, atau jika dikonversi, IPK minimal 3.33)
  • Personal motivation letter (esay berisi alasan memilih program tersebut dan rencana karir ke depan. Show how passionate and dedicated you are!)
  • Dua surat rekomendasi (biasanya minimal satu surat harus dari akademisi, satunya lagi bisa dari atasan di tempat kerja atau juga dari akademisi)
  • Contoh tulisan ilmiah berbahasa Inggris (persyaratan ini hanya saya temui di University of York)
Setelah mengetahui persyaratan yang dibutuhkan, langkah berikutnya adalah mempersiapkan diri untuk memenuhi requirements di atas.

Oh iya, perhatikan juga deadline pengajuan aplikasinya. Kebanyakan universitas di Inggris hanya membuka kelas pada bulan September, sehingga kita bisa mendaftar dari bulan Oktober hingga Juli (semakin cepat semakin baik).

Jika program atau universitas yang dituju terlihat kompetitif (bahkan biasanya tercantum di website-nya), it would be best to have a back-up plan. Daftar saja ke satu atau dua universitas lain. Toh tidak dipungut biaya. 

Mempersiapkan diri untuk tes IELTS

Saya sempat galau untuk ikut kelas persiapan IELTS atau tidak, karena sejujurnya saya nggak bisa mengukur kemampuan academic english saya. It's true that I have been writing and speaking in English on a daily basis, but the IELTS test is definitely more than that. Untuk cari aman, akhirnya saya mendaftarkan diri untuk ikut kelas di IALF Kuningan (yang katanya tempat terbaik untuk kelas IELTS prep) setiap hari selama 5 minggu.

Is it helpful? Sure is, apalagi karena saya belajar langaung dari native speaker. But to be frank, it was not that helpful karena peserta kelasnya cukup beragam sehingga materi yang diberikan jadi kurang mendalam. But regardless, menurut saya mengambil kelas IELTS prep tetap recommended untuk setidaknya memberikan social support, yaitu teman-teman yang juga akan kuliah di luar negeri. Selain itu, biaya les dan tes yang cukup besar menurut saya adalah investasi di awal yang membuat saya semangat untuk berburu universitas dan beasiswa, karena saya nggak mau jutaan uang yang sudah saya keluarkan jadi terbuang sia-sia. Moreover, if you have free time, IALF juga menyediakan perpustakaan dengan fasilitas yang sangat menunjang untuk belajar secara mandiri, yang bisa diakses setiap hari. 

Oh iya, skor IELTS yang dibutuhkan tergantung negara dan universitas tujuan. Untuk jurusan-jurusan sosial di Inggris, biasanya requirement-nya cenderung lebih tinggi, yaitu berkisar antara 6,5 atau 7 (dari skor maksimal 9). Jika dirasa terlalu sulit, silahkan memilih negara atau universitas lain sebagai alternatif. Jika tidak ingin les, persiapan IELTS bisa dilakukan lewat buku dan internet (misalnya dari situs IELTS-Simon atau IELTS Buddy). Saya sih tetap menyarankan ada guru atau tutor yang bisa dipercaya untuk teman latihan speaking dan writing, apalagi merasa belum pede untuk berbicara dan menulis di dalam konteks akademis dengan Bahasa Inggris. 

Jika sudah siap, tes IELTS bisa dilakukan di IALF, IDP, atau British Council. Tes tersebut dilakukan seharian dengan biaya USD 195. Hasil tes dapat diambil setelah 13 hari kerja. Untuk mempercepat proses pendaftaran universitas, sebaiknya tes IELTS sudah diikuti paling lama bulan Oktober (satu tahun sebelum rencana keberangkatan). 

Mendaftar ke Universitas

Sejauh yang saya ketahui, University of York tidak memiliki agen di Indonesia, sehingga proses pendaftaran saya lakukan sendiri. Untungnya, mendaftar universitas tidak terlalu sulit karena semuanya dilakukan secara online. Saya juga tidak mengeluarkan uang sepeser pun. Jika ada pertanyaan mengenai program studi atau proses admission, saya langsung mengajukannya melalui e-mail ke pihak fakultas dan universitas, dan biasanya mendapatkan balasan dalam waktu 1-10 hari. Namun, jika universitas yang kamu tuju memiliki agen di Indonesia (IDP, IBEC, Sun Education, dan lainnya), mendaftarkan lewat agen bisa dijadikan alternatif. Biayanya tidak besar (atau bahkan gratis), dan proses pendaftaran jadi lebih praktis. 

Setelah mengunggah dokumen yang disyaratan, biasanya pengumuman akan diterima dalam waktu 1-4 minggu. Jika diterima, kita akan mendapatkan Letter of Acceptance, baik yang conditional (berarti masih ada syarat yang harus dipenuhi) atau unconditional. Untuk mempercepat proses berikutnya, sebaiknya seluruh dokumen sudah diunggah paling lambat bulan Januari (di tahun yang sama dengan rencana keberangkatan). 

Mendaftar Beasiswa

Ini adalah tahapan yang paling krusial buat saya, karena saya nggak akan kuliah di luar negeri tanpa sponsor (karena terlalu mahal dan "nggak balik modal"). Setelah browsing dan tanya sana-sini, saya mendapatkan informasi tentang LPDP, yaitu lembaga pengelola dana pendidikan dari pemerintah yang mengeluarkan beasiswa dari hasil investasi dana abadi.

Seperti yang terdapat di situs situs LPDP, beasiswa ini mencakup semua biaya yang dikeluarkan saat studi berlangsung. Persyaratan yang dibutuhkan pun tidak sulit: IPK minimal 3, IELTS minimal 6.5, akan melanjutkan studi ke 200 universitas terbaik di dunia, serta bersedia untuk berkontribusi bagi Indonesia (meskipun tidak ada kontrak kerja). Hebatnya lagi, tidak ada kuota penerima beasiswa, jadi kita akan diterima jika memang memenuhi krieria minimum yang ditetapkan oleh LPDP.

Intinya, LPDP adalah lembaga beasiswa impian: Beasiswa dan uang saku yang diberikan cukup besar, dikelola oleh pemerintah RI dengan tujuan mulia, membuka peluang bagi banyak orang, tidak ada batasan jurusan, menyediakan jaringan awardee/alumni berisi ratusan (akan segera menjadi ribuan) pemuda Indonesia yang punya mimpi besar untuk negaranya, dan proses seleksinya pun tidak rumit. LPDP menurut saya adalah a breakthrough: solusi cerdas untuk pelan-pelan memajukan Indonesia (as education is always the best investment, right?)

Berikut adalah dokumen yang harus diunggah untuk tahap administrasi:
  • Ijazah dan transkrip
  • Hasil tes IELTS
  • Letter of Acceptance (Tidak wajib, namun sebaiknya sudah ada, untuk mempermudah saat menulis esay dan saat wawancara)
  • Satu surat rekomendasi dari dosen / atasan kerja
  • Rencana studi (modul kuliah dan relevansinya dengan rencana karir)
  • Esay mengenai pencapaian terbesar dalam hidup
  • Esay mengenai kontribusi bagi Indonesia

Dokumen tersebut dapat diunggah sepanjang tahun melalui situs online LPDP, meskipun seleksi hanya akan dilakukan tiga bulan sekali: Di bulan Maret, Juli, September, dan Desember. Supaya persiapan tidak terburu-buru, sebaiknya dokumen untuk tahap administrasi sudah diunggah paling lambat di pertengahan bulan Februari (di tahun yang sama dengan rencana keberangkatan).

Jika lolos seleksi administrasi, tahap pendaftaran yang harus dilalui selanjutnya adalah tahap wawancara dan diskusi serta program kepemimpinan. Silahkan klik tautannya untuk mengetahui tahapan-tahapan tersebut secara detil ya.

Informasi terkait beasiswa studi di UK yang tersedia bagi pelajar Indonesia bisa dilihat di sini.

Mempersiapkan Keberangkatan

Jika sudah mendapatkan sponsor dan mendapatkan CAS (Confirmation of Acceptance for Studies) dari kampus, maka langkah terakhir yang harus dilakukan adalah mengurus VISA dan mempersiapkan diri untuk keberangkatan. Sebagai syarat student VISA ke UK, kita harus melampirkan bukti yang menunjukkan bahwa kita bebas TBC. Tes TBC (lewat chest x-ray) harus dilakukan di RS Premier dengan biaya Rp 585.000. Hasil tes bisa diambil dalam waktu tiga hari kerja.

Perjuangan terakhir adalah membuat VISA. Setelah mendaftarkan diri dan mengisi formulir di website, kita harus memilih jadwal untuk wawancara. Karena yang mendaftar VISA UK cukup banyak dan waktu wawancara terbatas, usahakan membuat VISA paling lambat bulan Juli. Wawancara dan pengumpulan berkas dilakukan di kantor VFS Global di Kuningan City. Jika tidak bermasalah, VISA akan diberikan setelah 3 minggu. Untuk proses ini sampai sekarang masih saya lalui karena VISA saya juga belum keluar. I'm keeping my finger crossed. 



Semoga informasi yang saya bagi cukup membantu ya. Ayo kuliah di luar negeri supaya bisa belajar dari sistem yang sudah baik dan mengaplikasikannya untuk memperbaiki sistem di Indonesia. Prosesnya memang nggak instan dan mungkin akan sulit bagi sebagian orang, but just keep in mind that it will be worth it in the end. Selamat berjuang, ya. Feel free to leave me some questions. Good luck!

Friday, August 15, 2014

To Leave and Start Over

I will be leaving in a month. A month! In 35 days, I'm going to embark on a 15-hour flight (plus 5 hours transit) solitarily to Manchester and live in York; a small, beautiful city in Yorkshire, England. It's a one-way trip, so anything could happen. 

I have mixed feelings about my departure. It's exciting, of course, knowing that I'm going to visit Europe and stay for a year. Not everyone gets a chance to pursue her/his dream to study abroad without paying a penny, and hence I feel really grateful.  The timetable that has just published by the faculty gets me even more excited, knowing that I'm going to go back to school soon. Furthermore, being able to start over and stay in a place where no one knows me is always something that I want to experience. I'm immensely enthusiastic!

"Everybody has to leave their home and come back so they can love it again for all new reasons." - Donald Miller. 
But being the worrywart and overthinker that I always am, of course I'm also worried about my adjustment there. Will I be able to follow the class and thrive? Will I have new friends? Will I really feel happy to be away from home for the first time? Will everything turn out as I planned? Will I be just fine? 

No matter what happen, I am sure that the next 12 months will be one of the most significant chapters of my life. It could change me, even. At least I'll learn to be really independent and responsible. To be stong enough to stand on my own feet. I will also definitely learn about tolerance and about being a "second-class citizen" - a minority. 

To an amazing, brand new journey. No matter how many "what if-s" popped up in my head, I'm pretty sure that I'll be alright. 


Wednesday, August 13, 2014

To Teach

I always have passion in teaching, be it to children or adults. Be they preschoolers, K-12 students, adolescents, diverse learners, or even bright university students. Whether it's English, psychology, or Quran. It's somehow rewarding and can shower me with immense bliss, the feeling that even money can't do.

It's the way the students' face light up to know that it's me who will teach them again. Or the way they talk about other-not-so-fun-teachers in front of me. Or the way the laugh so freely and look enthusiastic. It's the way they smile and nod to hear what I explain. Or the way they trust me with their personal problems. It's the way they listen to me so carefully, even though some of them look unfocused and sleepy sometimes. Or the way they ask to take a picture with me. It's the way they appreciate me with a "thank you", and the way they say goodbye at the end of the day. Observing them, and knowing that I seem to do well, always make my day. 

Teaching is one of a few activities that I don't mind doing without being paid. I can teach for hours without being exhausted. It's the feeling that makes me think that I'm actually helping someone to be a better person, I guess. That I can persuade someone with things that I always value. That somehow, I matter. Even though it might not be true, teaching always make me feel good and confident about myself. Teaching is not an easy thing to do, but I love it anyway. 

"The teacher is the one who gets the most out of the lessons, and the true teacher is the learner." - Elbert Hubbart

To more years of teaching, no matter where, how, and whom to. 

Sunday, August 10, 2014

To Embark on A Trip

Up until this year, I didn't know that traveling can really boost up my mood. That it can really make me happy. Well apparently it does, especially when there's a chance for me to be in solitude. Just me and nature, or alone around some strangers who speak languages that I do not.


I thought I don't like to travel, but it turns out that I actually do, as long as I'm going to somewhere beautiful, with the right people to travel with.





I've been trying to cut myself a break and to enjoy my youth - to forget those prolonged apprehensions for awhile. Because worrying about them all the time won't make them solved and me feel better.

How great is Our Creator who designed these beautiful views?







Looking forward to another new experiences. I must see a lot of new places around Europe next year!

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...