Sunday, September 4, 2016

Tentang Kembali Pulang

Minggu ini, saya kembali ke kampus yang dulu pernah jadi tempat saya berkembang dan menemukan diri saya. Rasanya seperti kembali ke rumah setelah beberapa tahun pergi untuk mengembara. Kelas yang sama, meja dan kursi yang sama, dan dosen yang kurang lebih sama. I'm the only one who's changed. Or more precisely, grown.

Beberapa orang, bahkan dosen di kampus, mempertanyakan keputusan saya untuk mengambil program magister untuk kedua kalinya. Kan sudah punya gelar S2? Kan sudah pernah kuliah di Inggris? Kan sudah dapat pekerjaan yang strategis dan disukai? Kenapa harus kuliah lagi? Kenapa nggak PhD saja sekalian?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut punya satu jawaban yang sederhana. Meskipun mungkin terdengar klise, menjadi psikolog adalah impian saya sejak saya masih berusia sepuluh tahun - bahkan sebelum saya tahu apa itu psikologi. Setelah lulus kuliah, segala hal yang saya lakukan (termasuk kuliah di Inggris) tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mempersiapkan dan mematangkan diri saya agar dapat menjadi seorang psikolog yang dewasa dan siap menghadapi dunia luar dengan segala keberagamnnya, sambil mengeksplorasi opsi-opsi lain yang tersedia bagi saya. So I tried being a teacher, researcher, consultant, and employee. And while I love those jobs, my dream hasn't changed a bit. Being a psychologist is still what I aspire to do. And when I want something badly, I'll do whatever it takes to get it.

So here I am. Leaving Sudirman for Depok. Going back to the place I once called my second home. I grew up there, and I'll grow again. I learned so much about life and about myself there, and I'll learn again.

Dua setengah tahun ini akan jadi perjalanan yang berat. Minggu pertama ini saja sudah terasa sangat berat. Gelar terakhir saya kemarin pun justru tidak membuat saya jadi ongkang-ongkang kaki, tapi justru memacu saya untuk belajar lebih giat lagi karena ekspektasi orang lain terhadap saya tentu jadi puluhan kali lebih tinggi, begitu pula ekspektasi saya terhadap diri saya sendiri.

Whatever it is that I'm going to face for the next two, three years, I know it will be worth it. If things get bad (though I hope it won't), I just need to take a deep breath and remember why did I want to do this in the first place.

Saya harus terus ingat bahwa setelah ini, saya bisa melakukan lebih banyak hal daripada yang bisa saya lakukan sekarang. Saya bisa melakukan hal-hal yang saya sukai. Saya bisa memberikan diagnosis, memberikan terapi, dan membuat orang merasa lebih baik. Saya bisa membantu lebih banyak keluarga dan membuat diri saya jauh lebih bermanfaat. Saya bisa merealisasikan mimpi-mimpi saya satu persatu. Jadi, ketika nanti saya mulai jenuh menjalani kuliah yang berat di saat teman-teman saya yang lain sedang bersenang-senang, saya harus ingat, bahwa setelah ini, ada tujuan besar yang akan saya capai. Ada kesempatan besar yang akan terbuka lebar. I know I feel happiest when I do things that matter, so there's that. Something I definitely should hold on to when things get bad.

The latest picture I took in UI with my brother and cousins. I've conquered it, and I will again.

And hey, I've come this far. Farther than I thought I would ever be. So whatever it is that I'm going to face, I'll try to remember that nothing is ever beyond what I can bear. I won't be facing it alone anyway, since there's Someone who will always, always look out for me and make things easy.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...