Selamat malam, Kau yang menerbitkan siang dan malam.
Maaf saya ya karena jadi makhluk yang suka tarik-ulur.
Dateng kalo butuh, lalu pelan-pelan kembali pergi. Iya sih, kalau sudah ngerasa terlalu
jauh, saya kembali datang lagi. Tapi kemudian saya pergi lagi, asik dengan
urusan yang lain.
Malam ini, saya ingin mengucap syukur. Ingin mengucap terima kasih, meskipun katanya perkataan tidak akan ada artinya tanpa perbuatan. Terima kasih yang pertama saya ucapin karena
Engkau benar-benar memberikan saya keluarga yang sempurna untuk saya. Terima kasih karena di
awal tahun ini saya dikasih banyak kesempatan untuk ngobrol dengan kedua orang
tua saya, cerita-cerita tentang beberapa masalah yang belakangan saya hadapi di
kampus. Saya tau, saya sangat beruntung karena punya
keluarga yang seperti ini. Punya orang tua yang konsisten dalam mendidik dan
nggak mau anaknya manja dan sombong. Punya orang tua yang tegas namun tetap
penuh kasih sayang. Dan terpenting, orang tua yang dekat dengan Engkau dan
menerapkan semua perintah Engkau dalam melakukan apapun, serta selalu
mengingatkan saya untuk juga dekat dengan Engkau.
Kata Satrio di film Catatan Harian si Boy, 'Teman adalah keluarga yang kita pilih sendiri. Keluarga adalah nasib yang harus kita terima. Kebetulan aja nasib gue baik.' Kalau benar demikian, terimakasih karena Engkau juga memberikan nasib yang baik untuk saya.
Kata Satrio di film Catatan Harian si Boy, 'Teman adalah keluarga yang kita pilih sendiri. Keluarga adalah nasib yang harus kita terima. Kebetulan aja nasib gue baik.' Kalau benar demikian, terimakasih karena Engkau juga memberikan nasib yang baik untuk saya.
Saya juga mau bilang terima kasih untuk semua kesempatan yang
Engkau beri selama setahun kemarin. Saya dikasih kesempatan untuk megang
beberapa jabatan yang bener-bener ngasih pembelajaran baru buat saya. Serta kesempatan
untuk dapet beberapa teman baru yang jadi deket sama saya dan selalu ada saat
saya sedang jatuh.
Makasih juga karena udah ngasih kesempatan berharga ke saya dan keluarga saya untuk pergi berkunjung ke rumah Engkau yang paling utama. Meskipun cuma sebentar, saya tau itu adalah satu momen di mana jarak antara kita berdua terasa tidak sejauh biasanya. Saya tau momen itu sangat berharga dan selalu ingin saya ulangi secara rutin - seandainya saya bisa.
Makasih juga karena udah ngasih kesempatan berharga ke saya dan keluarga saya untuk pergi berkunjung ke rumah Engkau yang paling utama. Meskipun cuma sebentar, saya tau itu adalah satu momen di mana jarak antara kita berdua terasa tidak sejauh biasanya. Saya tau momen itu sangat berharga dan selalu ingin saya ulangi secara rutin - seandainya saya bisa.
Hari ini, di awal tahun yang baru, saya menunggu kejutan
dari Engkau. I'm all prepared to be surprised. Saya yang tahun lalu sudah tau
mau ke mana, kini hanya bisa duduk sambil menunggu pintu mana saja yang akan
terbuka untuk saya - beserta kejutan di baliknya. Katanya, Engkau selalu tahu apa yang terbaik untuk setiap
orang. Saya percaya - saya selalu percaya. Makanya, ketika saya tau saya nggak
akan lagi melakukan hal-hal yang sudah biasa saya lakuin, saya tau saya akan
menerima rencana yang lebih baik.
Tahun ini mungkin akan saya gunakan untuk melakukan hal-hal
yang sebelumnya selalu saya kesampingkan. Saya ingin lebih punya waktu untuk
mempersiapkan masa depan saya, untuk orang tua dan adik-adik saya, serta
tentunya untuk mendekatkan diri lagi kepada Engkau. Ditambah dengan rencana
lain, kalau Engkau memang punya kejutan buat saya.
Tahun ini, seperti doa saya di setiap awal tahun atau di
setiap pertambahan usia, saya ingin jadi orang yang lebih baik.
Saya ingin jadi orang yang asertif. Saya tau saya selama ini
terlalu submisif. Bahkan kalau saya lagi antri dan saya diserobot, rasanya saya
hanya akan diem aja. Kalau ada yang jahat sama saya, saya juga akan diem aja.
Nggak tau karena nggak berani atau karena nggak mau nyakitin hati orang, saya
lebih prefer untuk diam. Toh saya tau gimana cara ngebalikin mood saya supaya
kembali positif. Toh saya bisa ngontrol diri saya. Tapi saya tau kalau menjadi
submisif itu nggak selamanya baik, terutama untuk diri saya sendiri. Jadi,
tolong bantu saya, ya?
Saya juga mau nilai saya terus naik. Saya mau ketika wisuda
duduk di sebelah sahabat-sahabat saya, di barisan cum laude. Saya tau kok,
dibalik kapabilitas saya, saya masih akan terus dibantuin sama Engkau. As
always. Makanya, bantuin, ya?
Saya juga mau jadi orang yang lebih positif. Jadi orang yang
lebih optimis memandang hidup. Saya sering nyoba untuk begitu, meskipun seringkali kelepasan dan gampang jatuh. Saya ingin jadi lebih sabar, jadi lebih kuat - bukan cuma kalau di depan orang lain, tapi juga ketika saya sedang benar-benar sendirian.
Maaf ya kalau saya banyak maunya. Saya hanya ingin jadi
orang yang lebih baik. Saya ingin terus bisa berkembang.
Bantu saya supaya selalu konsisten untuk berada dekat dengan
Engkau ya. Supaya saya konsisten meletakkan Engkau sebagai prioritas pertama
saya.
Engkau yang maha pengasih dan penyayang, tolong kasihi dan
sayangi orang-orang yang saya sayang dan juga sayang sama saya, ya. Jadikan tahun ini baik, seperti hal baik yang saya lakukan untuk mengawali tahun ini.
Saya
pamit dulu. Terima kasih karena telah mendengarkan saya, seperti biasanya.
No comments:
Post a Comment