Wednesday, October 5, 2011

Just Another Happy Ending

Kamaba, satu kepanitiaan yang beberapa bulan terakhir jadi trending topic di kepala saya, akhirnya resmi berakhir. Saya bener-bener nunggu datengnya hari ini, karena saya segitu capeknya - literally and figuratively. Ketika rangkaian acara Kamaba yang seperti nggak selesai-selesai akhirnya benar-benar selesai, saya nggak bisa berhenti tersenyum dan mengucap syukur, sambil diberikan ucapan selamat serta pelukan dari beberapa orang di kampus. 

"Akhirnya berakhir juga penderitaan gue," ujar saya kepada salah satu teman.
"Lah, jadi ini penderitaan?"

Saya tahu teman saya cuma bercanda. Saya juga tahu kalau teman saya tahu kalau saya juga cuma bercanda. Tapi pertanyaan iseng dari teman saya itu cukup buat saya mikir: eh iya ya, kenapa akhir-akhir ini yang saya pikirin cuma tanggal penutupan Kamaba aja, seakan-akan Kamaba bener-bener jadi cobaan buat hidup saya? Loh, kenapa saya cuma inget yang jelek-jeleknya aja?

Sebenarnya kalau saya pikir ulang, ada banyak sekali hal yang harus saya syukuri dari Kamaba. Saya belajar banyak sekali. Mulai dari belajar memimpin tim yang isinya random dan penuh orang-orang hebat, belajar merancang sebuah acara dengan konsep yang diturunin dari teori-teori psikologi, belajar bekerja dengan beberapa orang yang nggak bisa diajak kerja (meskipun ada banyak banget yang helpful dan so cooperative to work with), belajar 'membelah diri', belajar untuk memenuhi ekspektasi orang lain, belajar meregulasi emosi, dan belajar hal-hal lain yang mungkin tidak saya sadari.

Kalau saya pikir ulang, semua masalah-masalah yang saya hadapi, semua air mata yang saya keluarin, semuanya adalah bahan pembelajaran saya untuk menjadi orang yang lebih persisten dan resilien. Untuk menjadi orang yang lebih dewasa. Untuk menjadi orang yang lebih baik.

Dan kemudian, ketika melihat maba-maba psikologi mengucap terima kasih dengan tulus, ketika melihat mereka tersenyum lega, ketika mendengar pernyataan Mas Ivan di depan Maba kalau Kamaba Fakultas Psikologi adalah Kamaba terbaik se-UI, saya tahu kalau yang saya lakukan ini nggak sia-sia.





Meskipun penuh 'tantangan', keputusan saya untuk menjadi PJ Acara di Kamaba nggak akan pernah saya sesali. Saya bener-bener belajar banyak. 

Ini adalah air mata saya yang terakhir untuk Kamaba. Air mata haru, tentu. Air mata lega dan bangga. Bahwa saya sudah melakukan yang terbaik, meskipun belum terlalu baik. Bahwa saya lagi-lagi dikelilingi oleh orang-orang yang begitu suportif. Bahwa saya, lagi-lagi, sangat beruntung.

Makasih ya, untuk kalian yang sudah jadi partner kerja saya. Makasih banget, terutama untuk anak acara yang bener-bener saya sayang, meskipun sering nge-bully saya. Makasih juga untuk teman-teman terdekat saya yang rela saya curhatin setiap kali saya mumet. Makasih untuk semua semangat yang diberikan. Makasih untuk semua ucapan selamat, jabatan tangan, dan pelukan hangat. 

Tuesday, October 4, 2011

To Not Act Childish

Sometimes it would be best to listen to and to still care about our friends' problem when we also have one and also need to be listened to. To laugh at some jokes that we don't even get. To apologize to those who hate us. To smile at those who once hurted us. To nod when someone is asking for our apology.

To make other people feel better. To care more about others instead of ourselves. To be unselfish. To be an adult.

Saturday, October 1, 2011

Friends, Personally & Professionally

I got a lesson from my recent activities, that I concluded when I was having a quality time slash truth time slash casual discussion with Ica, Ume, Ratih, Imbi, and Lunardi. The lesson is that eventhough we have to seperate our professional and personal life, we cannot really seperate them. Maybe it's subjective, but that's how I honestly think. I cannot forgive those who are my friends yet stabbing me in the name of professionality, so I won't do that either.

Some people can be your friend but cannot work with you professionally. But there are also some that you cannot even stay friends with after working with them professionally. They might be the one that working so hard without caring anymore.

I will never be like them, I promise. My friend is still my friend, eventhough they are also my opponent, professionally. But the idea of hurting them professionally is just stupid. It would just ruin our friendship, and I'll got no one when my work is done.

My point is, never hurt your friend, even by saying "That's different. This is professional, not personal. He's still my friend, yet I have to punish him because of professional matters." Never do that, because a good friend is worth more than anything. A good friend will make you much better when you got a problem. They will make everything easier. You sure don't want to lose them. Well, if you had one. Whoops.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...