Saturday, March 31, 2012

March Updates

Apa kabar?

Sudah lama sekali ternyata sejak terakhir kali saya menulis di sini. Saya ingat pernah beberapa kali menulis, tapi ujung-ujungnya saya cuma bisa mencet tombol 'delete' yang lama, sampai halamannya kembali kosong seperti semula. Setelah bertahun-tahun percaya kalau menulis merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk nenangin diri, sekarang saya lebih suka nonton film atau tv series sampe saya ketiduran di depan laptop. Kebiasaan yang nggak ada bagus-bagusnya, apalagi kalo sampe lupa waktu - iya saya tau kok. Tapi yasudah lah, untuk urusan yang satu ini ujung-ujungnya saya selalu kalah sama diri sendiri.

So, A lot of things happen in March. For starters, I did two new things I never thought I would ever do. Dua-duanya dilakuin cuma karena ingin menantang diri sendiri, cuma karena penasaran dan takut nyesel kalo nggak nyoba. Bukan karena ingin menang, karena needs of achievement saya memang tidak pernah setinggi itu. Pada akhirnya, tujuan saya tercapai. Saya nggak menang, tapi saya berhasil melawan diri sendiri yang selalu takut untuk keluar dari zona nyaman. Saya tau saya harus pelan-pelan menghilangkan label 'safe-seeker' yang saya pasang sendiri di kening saya.

Bulan ini saya juga mulai sibuk mempersiapkan masa depan. Well, bukan masa depan yang 'itu', tapi masa depan yang menyangkut kehidupan pekerjaan saya nanti. Saya yang belum sepenuhnya bisa nerima kenyataan kalau akhir semester ini sudah harus magang dan semester depan sudah harus mulai bikin skripsi, akhirnya mulai mencari-cari tempat magang dan topik skripsi yang menarik. Topik-topik psikologi selalu bikin saya tertarik dan amazed - tapi saya tahu saya jatuh cinta sama psikologi anak usia dini dan psikologi keluarga. Dua topik itu sebenernya punya irisan yang juga sangat saya minati, parenting. Saya juga tertarik ngegabungin dengan hal-hal seputar agama, maybe because I was raised that way. Tapi entahlah, saya baru ngobrol sama satu dosen jadi belum bener-bener bisa mastiin nanti mau neliti apa. Yang jelas, saya juga tau kalo saya nggak boleh terlalu idealis kalo mau lulus cepet - kalo mau lulus tiga setengah tahun dengan indeks prestasi kumulatif yang juga di atas tiga setengah.

Dosen yang saya ajak ngobrol adalah salah satu dosen favorit saya yang mengajar beberapa mata kuliah yang juga jadi favorit saya. Dia juga yang jadi mental image di pikiran saya ketika saya membayangkan diri saya sendiri beberapa tahun ke depan: A lecturer, a child psychologist, and of course, a mother. Ada beberapa dosen yang saya kagumi karena terlihat begitu pintar, tapi saya lebih senang ngeliat dosen yang keliatan banget sisi nurturing-nya.Yang keliatan banget kalau dia itu, selain wanita karir, juga ibu yang baik untuk anaknya. Simply karena that's exactly what I want to be when I grow up.

Ngobrol dengan si mbak dosen ini, saya jadi makin mantep dengan cita-cita saya itu. Saya makin mantep untuk lanjut profesi klinis anak. It's not gonna be easy, as she told me. But I know it will be worth it. Tinggal banyak-banyak berdoa aja sama Allah supaya ini bener-bener jalan yang tepat buat saya dan supaya jalan menuju ke sana nggak berliku. Ngebayangin hal kayak gini emang selalu bikin saya semangat.

Terima kasih untuk Maret yang menyenangkan, Allah. Saya tunggu kejutan-kejutan dan pintu-pintu lain di bulan April, ya.

Monday, March 12, 2012

Tertampar, Bolak-Balik

Pernah ngerasa ketampar bolak-balik saat dateng ke seminar?

Saya pernah, kemarin. Mungkin sebelumnya udah sering ngerasa ketampar, tapi yang satu ini beda, karena saya bahkan sampe harus nahan nangis - saya nggak mau nangis karena saya duduk di kursi paling depan.

Kemarin saya ikut seminar tentang Al-Qur'an. Lupa judulnya apa, tapi intinya seminar yang bertujuan untuk 'menampar' pesertanya bahwa menghafalkan Al-Qur'an itu mudah. Saya dan keluarga saya datang karena ibu saya jadi salah satu sharer, karena ia bisa menghafalkan Al-Qur'an di tengah aktivitas yang sangat padat. Ada tiga sharer lain: satu orang dokter, satu orang pemilik yayasan Qur'an, dan satu yang paling bikin saya kagum, seorang anak kelas satu SMA yang dari tutur kata dan cara bicaranya terlihat begitu dewasa.

Sebelumnya, saya sudah beberapa kali datang ke acara yang membahas agama seperti ini, karena satu bulan sekali keluarga saya memang memiliki agenda rutin untuk berkunjung ke berbagai masjid yang sedang mengadakan kajian dengan pembicara yang luar biasa. 

Tapi, kemarin, saya benar-benar merasa tertampar.

Tertampar karena melihat ibu saya di depan, bercerita tentang kegiatannya menghafalkan Qur'an setiap hari mulai pukul setengah tiga pagi - karena setelah subuh hingga malam hari kegiatannya sudah sangat padat. Tertampar karena ada sharer yang bilang kalau ia menghafalkan Qur'an pertama kali karena orang tuanya selalu menekankan pentingnya dekat dengan Al-Quran. Tertampar karena ada seorang syekh dari Palestina (yang saya juga lupa namanya), yang bilang kalau Rasulullah pernah berkata bahwa umatnya menyepelekan Al-Qur'an. "Siapa kah umatmu yang menyepelekan Qur'an itu, ya Rasul?" kata sahabat. "Mereka yang tidak membaca Al-Qur'an selama lebih dari tiga hari," kata Rasulullah. Tertampar karena setelah acara selesai, seorang teman ibu saya yang baru berkenalan dengan saya bertanya, "kamu (udah hafal) juga?"

Tertampar karena saya selalu menggunakan alasan 'sibuk' untuk tidak dekat dengan Al-Qur'an. Tertampar karena ibu saya adalah seseorang yang telah hafal Qur'an dan begitu dekat dan begitu cinta dengan Qur'an serta selalu mengingatkan saya dan adik-adik saya untuk juga dekat dengan Al-Qur'an - tapi saya toh lebih memilih untuk tidak mendengarkan. Tertampar karena saya seringkali tidak membaca Al-Qur'an lebih dari tiga hari, karena alasan yang sama, kesibukan. Tertampar karena hafalan saya tidak bertambah sejak saya lulus SD.






"Kalau tidak mau membaca Qur'an karena besoknya ada ujian atau karena sibuk dengan pekerjaan, itu namanya su'uzhan sama Al-Qur'an, seakan-akan dengan membacanya berarti akan menyebabkan nilai kita jelek atau menyebabkan rezeki kita akan berkurang."

"Kita harus menjadikan Qur'an sebagai sahabat kita. Perlakukan ia seperti kita memperlakukan sahabat kita: memberikan waktu utama (bukan waktu sisa) untuknya, dan tidak malu memperlihatkannya ke orang lain, di mana saja."

Kemudian saya merinding mendengar semua sharer membacakan beberapa ayat Al-Qur'an. Yang jadi favorit saya justru si anak SMA itu - karena saya suka suara yang berat. Saya jadi mulai  ngaco, bilang dalem hati, saya mau punya suami kayak gitu. Eh terus ketampar lagi, gimana mau punya suami yang hafalannya banyak, kalau saya bahkan dua juz aja dari SD nggak selesai-selesai, bahkan banyak yang hilang karena nggak pernah diulang?

Allah, tolong bantu saya untuk istiqamah sama yang satu ini, ya?

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...