Saturday, January 29, 2011

Twenty Four

"How many credits do you take this term?"
"Umm.... 24."
"Wow. Are you sure? You're gonna busy in BEM and Psyfest this term, aren't you? Goodluck, then!"

It's always like that. To be honest, their reactions make me doubt my desicion. It makes me questioning, can I do it? Can I finish these 24 credits well? Can I still get higher GPA?

But then I convince myself. These courses look fun and interesting, anyway. And If He let me, it means He knows that I can and will succeed it. He showed me that I could only survive 20 credits back then, but definitely can survive a bit more this term.
Wish me luck for the fourth semester! You too, dear friends.

Stupid Memory

Pelajaran berharga hari ini: jangan membuka sesuatu yang bisa membawa kembali memori lamamu. Yang bisa membuatmu merasa senang dan sedih di saat yang bersamaan. Yang bisa membuatmu tersenyum, tertawa kecil, terdiam, merengut, dan berkaca-kaca. Yang bisa membuatmu bertanya-tanya, 'bagaimana kalau...'. Yang bisa membuatmu ingin kembali berbicara dengannya, yang sudah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tidak bertemu atau sekedar berbicara denganmu di telfon. Yang bisa membuatmu kangen.


"Stupid memory,
must you bring up these things?
Stupid memory,
can I forget all of that
?
"
-Stupid Memory, Sondre Lerche


Maybe the answer is no. Maybe I can't. Maybe these are too sweet to be forgotten.




Maybe i'll always keep you in mine.


Wednesday, January 26, 2011

The More I Want You





Another wish for 2011:
See this gorgeous guy on stage, and capture him with my own camera.

Please mom, let me. Please do let me.



It's like his own words:
"The more I see you, the more I want you"


Yes, sir.
The more I hear you, the more I want you!

Tuesday, January 4, 2011

The Dreams, The Questions, The Future

Ada masanya dimana saya sangat yakin dengan masa depan saya. Masa-masa dimana saya bisa menjawab dengan lantang ketika ditanya 'nanti mau jadi apa'. Masa-masa dimana saya bisa membayangkan bagaimana saya dalam lima, sepuluh, dua puluh tahun ke depan.

Tapi ada juga masa-masa dimana saya ragu. Masa-masa dimana pikiran saya tiba-tiba kosong. Masa-masa dimana saya terlalu banyak membandingkan diri saya dengan teman-teman saya, yang tentu terlihat lebih hebat daripada saya - setidaknya di mata saya. Masa-masa dimana saya tiba-tiba kekurangan self-esteem dan self-efficacy. Masa-masa dimana saya tiba-tiba sama sekali tidak punya gambaran mengenai masa depan saya nanti.




Masa-masa dimana saya mengeluarkan banyak sekali pertanyaan.

Nanti kalo udah lulus S1 saya akan langsung lanjut kuliah profesi atau kerja dulu ya? Nanti kalo udah resmi jadi psikolog saya kerja dimana ya? Nanti saya bisa jadi psikolog yang sukses nggak ya? Nanti saya nikah sama siapa ya? Nanti saya nikah saat usia saya berapa ya? Nanti saya jadi orang yang kayak gimana ya? Nanti anak saya jadi anak saya sendiri atau jadi anak guru privat dan anak babysitter ya? Nanti saya lebih sibuk sama pekerjaan saya atau sama keluarga saya ya? Nanti saya jadi ibu dan istri yang baik nggak ya? Nanti saya bahagia nggak ya?

Ya.. Pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Yang cuma Dia yang tau apa jawabannya.


Dan besoknya, saya mungkin sudah kembali lupa dengan apa yang saya pertanyakan kemarin. Saya mungkin tidak lagi tertarik dengan jawaban atas semua yang saya pertanyakan kemarin. Saya mungkin kembali merasa yakin dengan masa depan saya.




Bagaimana pun masa depan saya nanti, saya yakin itu yang paling baik buat saya. Buat saya dan orang-orang yang terlibat di masa depan saya.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...