Friday, May 8, 2015

Sekolah Dasar di Inggris

Sejak dua bulan yang lalu, setiap hari Selasa saya jadi volunteer di salah satu sekolah dasar di York untuk ngajar matematika di kelas dua (usianya setara dengan kelas satu di Indonesia). Meskipun hanya seminggu sekali, saya seneng banget karena bisa dapet kesempatan untuk mengobservasi langsung sistem pendidikan dasar di UK.

Secara garis besar, sekolah tersebut mirip dengan dua sekolah nasional plus di Jakarta yang dulu pernah jadi tempat saya magang dan mengajar. Tata ruangannya mirip (ada karpet besar di depan papan tulis untuk kegiatan mengajar, dan ada kursi dan meja dalam bentuk berkelompok untuk tempat mengerjakan tugas), daftar pelajarannya serupa, cara belajarnya pun banyak samanya (sama-sama memaksimalkan penggunakan alat peraga visual, khususnya untuk pelajaran matematika).


Year 2 di Lord Deramore's Primary School


Ketika pertama kali masuk ke kelas Year 2, saya kaget karena anak-anaknya manis banget. Mereka juga sangat tertib; mereka bahkan baris sebelum masuk kelas setelah istirahat di lapangan sehingga nggak ada yang bertubrukan di koridor. Sebelumnya, saya sudah beberapa kali masuk ke kelas 1-2 di Indonesia, dan kesan yang saya tangkap beda banget. Menurut saya, wajar kalau ada beberapa anak yang sibuk sendiri atau malah asik main di kelas, apalagi kalau kelasnya cukup besar. Tapi di sekolah tempat saya magang ini, ke-28 anak yang ada di kelas anteng banget dengerin gurunya yang lagi ngajar. Gurunya pun santai, nggak perlu teriak, nggak pake marah-marah.

Di kelas, anak-anak ini cukup aktif dan kritis. Jika ada pertanyaan untuk kelas, guru kelas akan meminta anak-anak untuk mengangkat tangan jika mereka tahu jawabannya. Anak yang langsung menjawab sebelum ditunjuk akan diberikan teguran. Setelah satu anak menjawab, guru kelas biasanya bertanya lagi ke satu murid yang lain, "do you think that's correct?" Menurut saya, ini akan melatih anak untuk berani mengeluarkan opini dan menerima kritik, bukan jadi orang yang ikut-ikutan dan asal setuju dengan jawaban orang lain.

Di awal kelas, jika di hari sebelumnya ada tugas yang harus diselesaikan, guru akan memanggil nama beberapa anak dan meminta mereka untuk berdiri. "You all did very well, but I'm really impressed with these students, because they all showed great improvement on their writing." Yang dipuji bukan hanya kemampuannya, tapi usaha dan perkembangannya. Memuji di depan kelas juga menurut saya akan berdampak positif untuk self-esteem anak-anak tersebut, selain sebagai reinforcement agar mereka terus meningkatkan kualitas dari tugas-tugas yang dikerjakan. 

Waktu itu, saya pernah papasan dengan kepala sekolah yang sedang menenangkan murid kelas 6 yang lagi panik sebelum try-out SATs. Dengan bijaknya, kepala sekolah tersebut bilang, "You don't have to worry about it. The test is important, but it won't be the end of the world. You have an amazing brain and you've worked really hard. Your parents are going to be proud of you no matter what. You'll be fine!" Saya langsung berkaca-kaca dengernya. She sounded genuine and kind, and I wish I had more teachers like that. Di sini, nilai bukanlah segala-galanya. Setiap anak punya kelebihan masing-masing yang terkadang nggak bisa tergambar oleh sederet angka.

Ada satu hal lagi yang bikin saya kagum: kepedulian sekolah dan orang tua terhadap asupan gizi para siswa. Di sini, setiap waktu istirahat, kebanyakan anak membawa buah atau sayur dari rumah. Sekolah juga menyediakan pisang, jeruk, tomat, apel, dan/atau wortel untuk para murid untuk istirahat siang, serta susu untuk istirahat pagi. Murid-murid dilarang membawa minuman manis dari rumah (termasuk jus kotak). Saya kagum banget karena anak-anak ini jadi terbiasa untuk mengonsumsi makanan sehat sejak dini. 

Saya tahu kalau saya nggak bisa menggeneralisasi hasil observasi saya di satu sekolah dan menarik kesimpulan kalau pendidikan di Inggris jauh lebih baik daripada di Indonesia. Namun, saya benar-benar kagum dengan sistem pendidikan di sini serta cara guru-guru mendidik murid-muridnya. Saya jadi paham kenapa teman-teman saya di kelas yang lahir dan besar di UK secara umum lebih kritis dan berani berpendapat daripada mahasiswa-mahasiswa asia (termasuk saya). Pendidikan dini, menurut saya, memang sekrusial itu untuk membentuk pola pikir dan cara kerja kita.

Oh, and have I mentioned that the students don't need to pay anything to get a top-notch education? That's actually the best part! Because a high-quality education should be a right for every child, not a privilege. 


No comments:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...